Thursday, August 11, 2011

Jenis tumbuhan untuk pestisida hayati

Spesies : Zingiber aromaticum
Nama Indonesia : Lengkuas
Nama Lokal : Lempuyang wangi (Jakarta), Lampuyang ruum (Sunda), Lempuyang emprit, L. prit, L. rum, L. wangi(Jawa), Lapoyang room (Manado), Lapoyang nase (Kangean).
Deskripsi : Tidak berkayu, susunan akar lebih cegak serta batang lebih besar, memiliki akar rimpang yang rasanya pahit, pedas dan berbau harum
Distribusi/Penyebaran : Tumbuh liar dan dibudidayakan di seluruh nusantara
Perbanyakan : Dapat diperbanyak melalui rimpang
Manfaat tumbuhan : Dapat mengendalikan belalang, Kutu daun, Trips dan Aphid, selain itu sulingan minyak lengkuas, dapat pula mengendalikan lalat buah dan penyakit Antraknose pada cabe.
Kategori : BiopestisidaSpesies : Vetiveria zizanioides
Nama Inggris : Vetiver (grass), khus, khus-khus
Nama Indonesia : Akar wangi
Nama Lokal : akar wangi (general); larasetu (Javanese); usar (Sundanese); akar babau (Manado); akar banda (Timor); iser, morwastu (Sumatera utara); Karabistu (Madura); tahele (Gorontalo); akadu (Buol); narawasatu, sare ambong (Makassar); nawarasatu, sere bandong (Bugis); nau sina fuik (Roti); babuwa mendi (Halmahera Selatan); ruju-ruju (Halmahera Utara); gara ma kusu batawi (Ternate); bara ma kusu batai (Tidore).
Deskripsi : Rumput tegak tahunan, berkembang pesat hingga menjadi rumpun-rumpun besar, tinggi 1,50-2,50 m. Batang tegak, daun-daun panjang agak kaku berwarna hijau sebam, malai agak besar berwarna hijau dan akarnya mengeluarkan bau wangi yang keras.
Distribusi/Penyebaran : Tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sentra produksi minyak akar wangi terutama di Kabupaten Garut, Jawa Barat dan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Habitat : Tanaman akar wangi dapat tumbuh baik di daerah dataran tinggi dengan ketinggian 600-1500 m dpl. Dan dapat di tanam secara monokultur atau tumpangsari dengan tanaman lain. Tanaman yang ditumpangsarikan dengan akarwangi terbukti dapat terhindar dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Perbanyakan : Akar wangi dapat diperbanyak melalui rhizoma atauumbi
Manfaat tumbuhan : Daun akar wangi dapat di pakai sebagai pengusir serangga. Namun akar merupakan bagian utama sebagai penghasil minyak vetiveria oil. Selain itu, digunakan juga sebagai bahan dalam industri kosmetika, parfum dan sabun mandi.
Sumber Prosea : 19: Essential-oil plants p.167-172 (author(s): Guzman, CC de; Oyen, LPA)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Toona sureni
Nama Indonesia : Suren
Nama Lokal : suren (general), serijan, surian amba (Sumatra), Ki beureum, suren (Sunda), Redani, suren (Jawa), horeni (Sumba), kuru (Halmahera Utara)
Deskripsi : Pohon yang tumbuh dengan cepat hingga tinggi 35 sampai 40 m dan gemangnya hingga 2-3 m,
Distribusi/Penyebaran : Tumbuh menyebar di seluruh Pulau Jawa, juga ditemukan di Kepulauan Ulias, Ambon.
Habitat : Terdapat di seluruh Jawa pada ketinggianantara 1-2000 m dpl, terutama di bawah 1200 m dpl, tetapi tumbuh menyebar.
Perbanyakan : Tanaman ini dapat diperbanyak secara generatif yaitu melalui biji
Manfaat tumbuhan : Daun dan kulit kayunya beraroma cukup tajam. Secara tradisional, petani menggunakan daun suren untuk menghalau hama serangga tanaman. Pohon suren berperan sebagai pengusir serangga (repellant) dan dapat digunakan dalam keadaan hidup (insektisida hidup). Berdasarkan penelitian, suren memiliki kandungan bahan surenon, surenindan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida dan antifeedant (menghambat daya makan) terhadap larva serangga uji ulat sutera. Bahan-bahan tersebut juga terbukti merupakan repellant (pengusir atau penolak) serangga, termasuk nyamuk. Cara penempatan tanaman ini bisa diletakkan di sudut-sudut ruangan dalam rumah, sebagai media untuk mengusir nyamuk.
Sumber Prosea : 5(2): Timber trees; Minor commercial timbers p.498-499 (author(s): Gintings, AN; Boer, E; Lim, SC;Lemmens, RHMJ)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Syzygium aromaticum
Nama Inggris : Clove tree
Nama Indonesia : Cengkeh
Nama Lokal : Cingkeh, Cangke (Selayar), cengke (Bugis), bunga lawang, cengkeh, kembang lawang (Minangkabau), singkeh (Flores), gomode (Tidore), buwalawa (Ternate).
Deskripsi : Merupakan tanaman asli Maluku, pohon dengan gemang 40 cm dan tinggi hingga 20 m. Daun muda berwarna coklat muda kemudian pada ujung tunas tumbuh kuncup bunga hijau yang membutuhkan waktu 4 bulan untuk berubah menjadi cengkeh yang sempurna. Awalnya cengkeh berwarna hijau muda kemudian kuning pucat dan akhirnya merah.
Distribusi/Penyebaran : Merupakan tanaman asli Maluku, dan dibudidayakan di Indonesia terutama di Penang dan semenanjung Malaka, saat ini cengkeh telah menyebar dari sabang sampai merauke. Indonesia merupakan negara penghasil cengkeh terbesar ketiga di dunia setelah Tanzania (Zanzibar) dan pulau Madagaskar.
Habitat : Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah tropis di ketinggian 600-1100 m dpl, di tanah yang berdrainase baik.
Perbanyakan : Dilakukan secara generatif dan vegetatif
Manfaat tumbuhan : Hasil penyulingan minyak cengkeh yang disebut clove oil memiliki bahan aktif yang dapat menghambat pertumbuhan berbagai hama, daun yang disebar di pekarangan dapat menekan pertumbuhan jamur. Minyak cengkeh yang mengandung eugenol bersifat sebagai anti jamur, antibakteri dan anti serangga
Sumber Prosea : 13: Spices p.211-218 (author(s): Verheij, EWM; Snijders, CHA)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Sapindus rarak DC.
Nama Indonesia : Lerak
Nama Lokal : lerak, werak (Jawa), rerek (Sunda), lamuran (Sumatera Selatan)
Deskripsi : Tumbuhan ini berbentuk pohon tinggi, besar. Tingginya mencapai ± 42 m dengan diameter batang ± 1 m. Daun bentuknya bundar telur sampai lanset. Perbungaan terdapat di ujung batang warna putih kekuningan. Bentuk buah bundar seperti kelereng kalau sudah tua/masak warnanya coklat kehitaman, permukaan buah licin/mengkilat. Biji bundar juga warna hitam. Antara buah dan biji terdapat daging buah berlendir sedikit dan aromanya wangi.
Distribusi/Penyebaran : Terdapat di seluruh Indonesia, terutama di hutan-hutan daerah Jawa dan Sumatera.
Habitat : Tumbuh liar di hutan-hutan pada ketinggian antara 450 sampai 1500 m dari permukaan laut.
Perbanyakan : Di Indonesia belum pernah dibudidayakan secara luas. Dijumpai ditanam penduduk 1 - 2 pohon saja di pekarangan rumahnya dengan cara menanam bijinya.
Manfaat tumbuhan : Buah lerak dipergunakan untuk mencerahkan warna yang diperoleh dari soga alam / pewarna alami. Selain itu dipergunakan untuk mencuci kain batik, supaya awet dan warnanya tetap baik/tidak luntur. Daging buahnya mengandung zat saponin (beracun), sedangkan bijinya mengandung minyak.Lerak sangat baik sebagai obat pembunuh serangga, dan sangat baik untuk membasmi cacing tanah. Biasa juga dipergunakan sebagai sabun wajah untuk mengurangi jerawat.
Sumber Prosea : 12(3): Medicinal and poisonous plants 3 p.358-359 (author(s): Widowati, Lucie)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Piper betle
Nama Inggris : Betel pepper, betelvine
Nama Indonesia : Sirih
Nama Lokal : sirih (Indonesian), suruh (Javanese), seureuh (Sundanese), sere (Madura), ibun (Sumatera Tengah), sihe (Krinci), ranub (Aceh), blo, sereh (Gayo), belo (Batak Karo), demban (Batak Toba).
Deskripsi : Sirih (Piper betle) termasuk jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak panjang. Permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek (hijau agak kecoklatan) dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut.
Distribusi/Penyebaran : Tersebar di seluruh wilayah Indonesia
Habitat : Sirih memerlukan pemeliharaan khusus sehingga orang tidak membudidayakannya secara luas. Sering ditemukan di pekarangan. Sirih paling baik tumbuh pada ketinggian 200-1000 m dpl, tumbuhan ini ingin mendapatkan tanah yang meneruskan air, tanah yang digarap sampai dalam,pemupukan dan pemeliharaan terus menerus.
Perbanyakan : Perbanyakan sirih dapat dilakukan secara vegetatif dengan stek pucuk, umumnya digunakan pucuk batang yang sudah tua
Manfaat tumbuhan : dapat digunakan sebagai bahan pestisida alternatif karena dapat digunakan/bersifat sebagai fungisida dan bakterisida. Senyawa yang dikandung oleh tanaman ini antara lain profenil fenol (fenil propana), enzim diastase tanin, gula, amilum/pati, enzim katalase, vitamin A,B, dan C, serta kavarol. Cara kerja zat aktif dari tanaman ini adalah dengan menghambat perkembangan bakteri dan jamur. Sirih memiliki kandungan phenol dan Chavicol. Chavicol ini memberikan bau khas sirih dan memiliki daya pembunuh bakteri 5 kali dari phenol biasa.
Sumber Prosea : 16: Stimulants p.102-106 (author(s): Teo, Stephen P; Banka, RA)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Pimpinella anisum
Nama Inggris : Anise, aniseed, sweet cumin
Nama Indonesia : adas manis, kembang lawang
Nama Lokal : adas manis, jinten manis
Deskripsi : Tegak, terna semusim dengan tinggi 15-50 cm, batang beralur dan berbulu, mengeluarkan aroma. Daun berseling, mengutuh sampai majemuk menyirip.
Distribusi/Penyebaran : Ditemukan di Jawa tengah, Sumatera Barat dan Sulawesi.
Habitat : Tumbuh di daerah temperate dan iklim subtropis, tapi tidak tumbuh dengan baik pada dataran rendah tropis. Membutuhkan curah hujan antara 1000-2000 mm pertahun.
Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan biji
Manfaat tumbuhan : Merupakan bahan baku obat antivirus yang dapat menangani virus flu burung, ekstrak adas manis atau kembang lawang ini diekspor ke Korea yang selanjutnya dibuat antivirus flu burung yang bernama "Tamiflu".
Sumber Prosea : 13: Spices p.180-183 (author(s): Cardenas, LB; Guzman, CC de )
Kategori : Biopestisida
Spesies : Pangium edule
Nama Indonesia : Pangi, kepayang
Nama Lokal : Jakarta, Pucung; Sumatera Utara, Hapesong; Minangkabau, Kapayang, Lapencuang, Kapecong, Simaung; Lampung, Kayu tuba; Jawa Barat, Pacung, Picung; Jawa Tengah, Pakem; Bali dan Bugis, Pangi; Sumbawa dan Makasar, Kalowa;
Deskripsi : Pohon, tahunan, tinggi 18-40 m.Batang berkayu, bulat, cabang muda berambut, putih kotor. Daun tunggal, terkumpul pada ujung ranting, bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul. tepi rata, pertulangan menjari, hijau. Bunga majemuk, bentuk tandan, kelopak J-2 cm, mahkota panjang 5-8, oval, 1,5-2,5 cm, pangkai berambut, hijau muda. Buah buni, bulat telur, diameter 10-25 cm, cokiat.Biji keras, coklat.
Distribusi/Penyebaran : Tanaman ini tumbuh tersebar luas hampir di seluruh Nusantara.
Habitat : Ditemukan di hutan hujan tropis dan jugahutan sekunder
Perbanyakan : Dapat dilakukan secara generatif dengan biji
Manfaat tumbuhan : Golongan flavonoid biji picung memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Golongan flavonoid biji picung bisa melawan beberapa jenis bakteri pembusuk ikan secara in vitro pada bakteri Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus. Komponen antibakteri pada biji picung ini yaitu asam sianida, asam hidnokarpat, asam glorat,dan tanin.
Sumber Prosea : 12(2): Medicinal and poisonous plants 2 p.400-402 (author(s): Roemantyo; Zuhud, Ervizal AM)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Pachyrhizus erosus
Nama Inggris : chop-suey bean
Nama Indonesia : Bengkuang
Nama Lokal : Singkuang (Aceh), Bangkuwang (Batak), Huwi hiris, bangkowang (Sunda), Bengkowang, besusu (Jawa), Buri (Bima), Uas (Timor).
Deskripsi : Terna yang membelit ke kiri, panjang 5-6 m. Memiliki akar tunggang yang menyerupai ubi. Umbiakarnya berwarna putih, berbentuk gasing, dan kulitnya mudah dikupas.
Distribusi/Penyebaran : Tanaman bengkuang termasuk dalam famili Leguminosae, tanaman ini berasal dari Meksiko danAmerika Tengah bagian Utara. Dari Meksiko diintroduksi ke Filipina oleh bangsa Spanyol, kemudian menyebar ke berbagai negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Habitat : Sebagian daerah seperti Jawa tengah (Tegal) dan Jawa Barat (Bogor) membudidayakannya di Sawah.
Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan biji.
Manfaat tumbuhan : Bengkuang merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai sumber insektisida nabati yang berspektrum luas. Semua bagian tanaman bengkuang kecuali umbi mengandung rotenon. Serbuk atau tepung biji bengkuang dapat digunakan untuk melindungi benih tanaman dari gangguan hama, hama utama kacang hijau dan kacang tunggak, yaitu Callosobruchus maculates serta kepik Lophobaris serratipes Marsh yang merupakan salah satu hama utama tanaman lada.
Kategori : Biopestisida

Spesies : Ocimum tenuiflorum
Nama Inggris : Holy basil, sacred basil
Nama Indonesia : Lampes
Nama Lokal : ruku-ruku (Sumatra), kemangi utan (Moluccas), lampes (Javanese, Sundanese)
Deskripsi : Semak, semusim, tinggi 30-150 cm. Batang berkayu, segi empat, beralur, bercabang, berbulu, hijau. Daun tunggal, bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, panjang 14-16 mm, lebar 3-6 mm, tangkai panjang _+ 1 cm, hijau. Bunga majemuk, bentuk tandan, berbulu, daun pelindung bentuk elips, bertangkai pendek, hijau, mahkola bulat telur, putih keunguan. Bunga kotak, coklat tua. Buah kecil, tiap buan terdiri 4 biji, hitam. Akar tunggang, putih kotor.
Distribusi/Penyebaran : Ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Maluku
Habitat : Tumbuh dengan baik dari dataran rendah sampai dataran tinggi.
Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan biji
Manfaat tumbuhan : Jenis tanaman ini menghasilkan metil eugenol yang dapat mengendalikan hama lalat buah.
Sumber Prosea : 13: Spices p.258-259 (author(s): Jansen, PCM)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Ocimum bacilicum
Nama Inggris : Sweet basil, French basil, Reunion basil
Nama Indonesia : Selasih, kemangi
Nama Lokal : selasih, telasih (Jawa), solasih (Sundanese), Alf. Minah (Amping), kukuru.
Deskripsi : Terna yang menegak, setinggi 0,30-1,10 m, batang coklat tua, tangkai daun coklat muda dan daun-daun hijau tua. Daunnya berasa manis dan agak tajam seperti salep. Daya adaptasinya tinggi sehingga penampilannya bisa berbeda, sesuai dengan tempat tumbuhnya.
Distribusi/Penyebaran : Terdapat di seluruh pulau Jawa dari daratan rendah hingga kurang lebih 450 m di atas permukaan laut, bahkan dibudidayakan hingga 1100 m.
Habitat : Tumbuh pada tepi-tepi jalan dan tepi-tepiladang, pada sawah-sawah kering dan dalam hutan-hutan jati seringkali disemaikan di kebun-kebun.
Perbanyakan : Perbanyakan dapat dilakukan dengan biji. Tanaman ini memiliki daya adaptasi tinggi sehingga mudah tumbuh di hampir semua tempat.
Manfaat tumbuhan : Daun selasih memiliki bau yang sangat tajam sehingga jika tercium agak lama akan mengakibatkan mual dan pening. Bau daun ini juga dapat mengusir nyamuk dan serangga.
Kategori : Biopestisida
Spesies : Nigella Sativa L.
Nama Inggris : Black cummin
Nama Indonesia : Jintan hitam
Nama Lokal : jinten item, jinten ireng (Jawa)
Deskripsi : Jintan hitam atau jintan hitam pahit adalah adalah terna, tegak, semusim, tingginya sampai 70 cm. Tanaman berbatang lunak, beralur dan berwarna hijau kemerahan, berbunga kuning, biji berbentuk kerucut berwarna kehitaman.
Distribusi/Penyebaran : Terna ini asli di Eropa Selatan, banyak terdapat di India. Di Asia tenggara ditanam dalam skala kecil untuk pengobatan.
Habitat : Tanaman ini tumbuh liar sampai pada ketinggian 1100 m dari permukaan laut. Biasanya ditanam di daerah pegunungan ataupun sengaja ditanam dihalaman atau ladang sebagai tanaman rempah-rempah.
Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan biji
Manfaat tumbuhan : Biji jintan hitam antara lain mengandung minyak atsiri, minyak lemak, dan saponin melantin, zat pahit nigelin, nigelon, dan timokinon. Minyak atsiri pada umumnya bersifat anti bakteri, anti peradangan. la juga menghangatkan perut.
Kategori : Biopestisida
Spesies : Nicotiana tabacum
Nama Inggris : Tobacco
Nama Indonesia : Tembakau
Nama Lokal : Bakong (Aceh), Bako (Gayo), Timbako (Batak Kara), Timbaho (Batak Toba), Bago (Nias) Tembakau (Melayu), Temakaw (Bengkulu), Tembakau (Minangkabau), Tembaku (Lampung), Bako (Sunda), Bako (Jawa Tengah), Debak (Madura), Bako, Tembako (Sasak), Modo (Roti), Tabako (Timor), Tambako (Makasar), Tabaku (Seram), Tabaku (Ternate).
Deskripsi : Sernak, semusim, tinggi ± 2 m. Batang berkayu, bulat, berbulu, diameter ± 2 cm, hijau. Daun tunggal, berbulu, bulat telur, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 20-50 cm, lebar 5-30 cm, tangkai panjang 1-2 cm, hijau keputih-putihan. Bunga majemuk, tumbuh di ujung batang. kelopak bunga berbulu, pangkal berlekatan.ujung terbagi lima, tangkai bunga berbulu, hijau. benang sari lima, kepala sari abu-abu, putik panjang3-3,5 cm, kepala putik satu, putih, mahkota bentuk terompet, merah muda. Buah kotak, bulat telur, masih muda hijau setelah tua coklat. Biji kecil, coklat. Akar tunggang, putih.
Distribusi/Penyebaran : Tembakau di Indonesia merupakan tanaman budidaya yang sudah lazim, tersebar di seluruh nusantara dimulai dari ketinggian 4 - 5000 kaki dpl, terkadang masih dijumpai hingga 7000 kaki dpl.
Habitat : Kebanyakan ditanam di darah tegalan dan hutan. Namun tembakau sangat cocok dengan tanah yang terdiri dari campuran tanah liat dan pasir dengan kadar humus yang tinggi; tanah tersebut harus kedap dan cukup terus air.
Manfaat tumbuhan : Tanaman ini merupakan penghasil bahan beracun pembunuh nyamuk juga digunakan untuk mengendalikan hama serangga, baik di luar ruangan maupun didalam ruangan.Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
Kategori : Biopestisida
Spesies : Melia azedarach L
Nama Inggris : Chinaberry, Persian lilac, pride of India (En)
Nama Indonesia : Mindi kecil
Nama Lokal : Gringging, mindi (Java), marambung (Sumatra), Renceh (Batak karo)
Deskripsi : Mindi merupakan pohon cepat tumbuh, tinggi pohon dapat mencapai 45 m. Tajuk menyerupai payung, percabangan melebar, menggugurkan daun.Batang silindris, tegak, tidak berbanir; kulit batang (papagan) abu-abu coklat, beralur membentuk garis-garis dan bersisik.
Distribusi/Penyebaran : Pohon mindi memiliki persebaran alami di India dan Burma, banyak ditanam di daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia bayak di tanam di daerah Sumatera, Jawa, Nusa tenggara dan Irian Jaya.
Habitat : Tanaman mindi tumbuh pada daerah dataran rendah hingga dataran tinggi, ketinggian 0 - 1200 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata per tahun 600 - 2000 mm, dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Tumbuh subur pada tanah berdrainase baik, tanah yag dalam, tanah liat berpasir, toleran terhadap tanah dangkal, tanah asin dan basa.
Perbanyakan : Generatif dengan biji, vegetatif dengan stek batang.
Manfaat tumbuhan : Tanaman ini dapat digunakan sebagai pestisida nabati karena dapat bersifat sebagai insektisida, fungisida, dan nematisida. Senyawa aktif yang dikandung antara lain margosin (sangat beracun bagi manusia), glikosida flavonoid dan aglikon. Daun dan biji mindi telah dilaporkan dapat digunakan sebagai pestisida nabati.Ekstrak daun mindi dapat digunakan pula sebagai bahan untuk mengendalikan hama termasuk belalang. Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan : a). Biji mindi dikupas / daun dimba ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 - 50 gram/l selama 24 jam, b). Larutan yang dihasilkan disaring agar didapatkan larutan yang siap diaplikasikan. c). Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan. Kulitbuah dan kulit batang dapat digunakan sebagai mulsa (dikeringkan). Daunnya jika disimpan dalam buku dapat melindunginya terhadap ngengat dan serangga lain.
Sumber Prosea : 11: Auxiliary plants p.187-190 (author(s): Ahmed, S;Idris, Salma )
Kategori : Biopestisida
Spesies : Melaleuca kajuputi, Powell
Nama Inggris : Cajeput (also spelt 'cajaput' or 'cajuput'), swamp tea-tree
Nama Indonesia : Kayu putih
Nama Lokal : Kayu putih (general), galam (Sundanese), gelam (Javanese, Madurese), baru galang (Makassar), ngelak (Roti), irano (Seram), elan (Buru), ai kelane (Ambon).
Deskripsi : Pohon dengan tinggi mencapai 30-40 m, tapi tinggirata-rata sekitar 12 m. Memiliki perakaran yang kuat dan tidak mudah dimusnahkan meskipun dengan cara dibakar. Di daerah Palembang, Sungai Musi terdapat di rawa-rawa sehingga membentuk hutan. Kayunya berwarna coklat lembayung muda, berat dan agak keras. Di daerah Timor warnanya kuning muda, kusut, tapi lenting sehingga peka terhadap angin yang memudahkan terjadi retakan. Kulit berwarna putih setebal jari dan terdiri atas lembaran-lembaran kecil yang lembut, sangat tipis dan tak terhitung jumlahnya.
Distribusi/Penyebaran : Tersebar di seluruh nusantara baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi, di Pulau Jawa, ditanam terutama di daerah dataran tinggi
Habitat : Kayu putih dapat tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, diatas 600 m dpl.
Perbanyakan : Dapat berkembang biak dengan akar, tetapi perbanyakan yang umum adalah dengan generatif melalui biji.
Manfaat tumbuhan : Daun kayu putih dapat dipanen dan di suling jika telah berumur 4 tahun, selanjutnya daun dapat di panen setiap enam bulan sekali. Minyak dari kayu putih dapat digunakan untuk mengusir nyamuk dan serangga.
Kategori : Biopestisida
Spesies : Lavandula latifolia
Nama Inggris : spike lavender
Nama Indonesia : Lavender
Nama Lokal : Lavender
Deskripsi : Semak, daun bertulang sejajar, bunga berwarna ungu kebiruan di ujung cabang
Distribusi/Penyebaran : Tumbuh liar di beberapa tempat di Indonesia
Habitat : Daerah dengan ketinggian 500-1300 m dpl. Semakin tinggi tempat tumbuhnya, semakin tinggi juga kandungan minyaknya.
Perbanyakan : Tanaman ini dapat diperbanyak secara vegetatif melalui setek batang dan secara generatif melalui biji. Perbanyakan tanaman lavender (Lavandula angustifolia) biasanya dengan menggunakan bijinya. Biji-biji yang tua dan sehat disemaikan. Bila sudah tumbuh, dipindahkan ke polybag. Ketika tingginya mencapai 15 - 20 cm, dapat dipindahkan ke dalam pot atau ditanam di halaman rumah.
Manfaat tumbuhan : Bunga lavender memiliki aroma yang sangat harum mirip kamfer sehingga dapat disuling untuk menghasilkan minyak yang digunakan sebagai bahan anti nyamuk.
Sumber Prosea : 19: Essential-oil plants p.117-123 (author(s): Ong, HC)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Lantana camara
Nama Inggris : Sage, wild sage
Nama Indonesia : kembang telek, tembelekan
Nama Lokal : Kembang satek, saliyara, saliyere, tahi ayam, tahi kotok,; cente (Sunda) kembang telek, obio, puyengan, tembelek,; tembelekan, teterapan (jawa), kamanco, mainco,; tamanjho (Madura), Bunga pagar, kayu singapur, lai ayam; (Sumatera)
Deskripsi : Herba, berasal dari Amerika tropika, batang berbulu dan berduri serta berukuran ± 2 cm . Daunnya kasar , beraroma dan berukuran panjang beberapa sentimeter dengan bagian tepi daun yang bergerigi. Bercabang banyak, ranting bentuk segi empat, ada varietas berduri dan ada varietas yang tidak berduri tinggi + 2 m. Terdapat sampai 1.700 m di atas permukaan laut, di tempat panas, banyak dipakai sebagai tanaman pagar, bau khas. Daun tunggal, duduk berhadapan bentuk bulat telur ujung meruncing pinggir bergerigi tulang daun menyirip, permukaan atas berambut banyak terasa kasar dengan perabaan permukaan bawah berambut jarang. Bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemos mempunyai warna putih, merah muda, jingga kuning, dsb. Buah seperti buah buni berwarna hitam mengkilat bila sudah matang.
Distribusi/Penyebaran : Tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis ini bisa ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.700 m dpl.
Habitat : Ditemukan pada tempat-tempat terbukayang terkena sinar matahari atau agak ternaung.
Perbanyakan : Dengan cara generatif melalui biji
Manfaat tumbuhan : Daun dan bunga berpotensi untuk dijadikan sebagaiinsektisida nabati karena mengandung lantadene A, lantadene B, lantanolic acid, lantic acid, humule (mengandung minyak asiri), b- caryophyllene, g-terpidene, a -pinene dan r-cymene.
Sumber Prosea : 12(1): Medicinal and poisonous plants 2 p.341-342 (author(s): Windadri, Florentina Indah; Valkenburg,JLCH van )
Kategori : Biopestisida
Spesies : Kaempferia rotunda
Nama Inggris : Round-rooted galanga
Nama Indonesia : Kunir
Nama Lokal : Kunci pepet, kunir putih (Javanese), temu rapet (eastern Sumatra)
Deskripsi : Terna tahunan dengan tinggi 30-70 cm ini tumbuh merumpun dengan batang semu yang tumbuh dari rimpangnya. Daun tunggal, helaian daun berbentuk lanset, panjang 20-30 cm, lebar 7,5-10 cm, ujung runcing, pangkal berpelepah, tepi rata, warnanya hijau muda dengan bagian tengah bercorak warna cokelat. Bunga keluar dari rimpang dengan batang semu yang amat pendek. Bunga bisa tumbuh menggerombol, sering mekar beberapa kuntum sekaligus, warnanya ungu mudakemerahan. Akarnya berdaging membentuk rimpang yang tidak terlalu besar, yaitu seukuran telur puyuh.
Distribusi/Penyebaran : Ditemukan di Sumatera dan Jawa, juga ditemukan di India, Srilangka, dan Malaysia tumbuh liar di dataran rendah dengan ketinggian 20 - 500 m dpl. (750 m dpl.)
Habitat : Ditempat yang agak lembab dan teduh, sebagai tumbuhan liar atau tumbuh menjadi liar di hutan jati, belukar, hutan basah, padang rumput
Perbanyakan : Dapat diperbanyak secara vegetatif dengan rimpang
Manfaat tumbuhan : Rimpang mengandung minyak asiri berwarna kuning muda, agak berbau, mengandung borneol, sineol, metil khavikol, dan saponin. Dapat dipakai untuk mengusir serangga.
Sumber Prosea : 12(1): Medicinal and poisonous plants 1 p.335 (author(s): Ibrahim, Halijah )
Kategori : Biopestisida
Spesies : Gliricidia sepium
Nama Inggris : Gliricidia, mother of cocoa, quick stick
Nama Indonesia : Gamal
Nama Lokal : Gamal, liriksidia (Jawa), Cebreng (Sunda).
Deskripsi : Batang tunggal atau bercabang, jarang yang menyemak, tinggi 2-15 m. Batang tegak, diameter pangkal batang 5-30 cm, dengan atau tanpa cabang di dekat pangkal tersebut. Kulit batang coklat keabu-abuan dengan alur-alur kecil pada batang yang telah tua. Daun majemuk menyirip, panjang 19-30 cm, terdiri 7- 17 helai daun. Helai daun berhadapan, panjang 4-8 cm dengan ujung runcing, jarang yang bulat. Ukuran daun semakin kecil menuju ujung daun. Bunga merah muda cerah sampai kemerahan, jarang yang putih, panjang 2,5-15 cm, susunan bunga tegak.
Distribusi/Penyebaran : Penyebaran alami tidak jelas karena telah dibudidayakan sejak lama, tetapi bukti kuat menunjukkan bahwa penyebarannya terbatas pada hutan musim kering gugur daun di dataran rendah pesisir Pasifik dan beberapa lembah pedalaman Amerika Tengah dan Meksiko.
Habitat : Tumbuh pada berbagai habitat dan jenis tanah, mulai pasir sampai endapan alluvial di tepi danau, pada curah hujan 600-3500 mm/th dan ketinggian 0-1200 m dpl.
Perbanyakan : Dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif
Manfaat tumbuhan : Biji, pepagan, daun dan akarnya dapat digunakan sebagai rodentisida dan pestisida setelah terlebih dahulu dilakukan fermentasi.
Sumber Prosea : 4: Forages p.133-137 (author(s): Wiersum, KF; Nitis, IM)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Geranium homeanum, Turez
Nama Inggris : Cranesbill
Nama Indonesia : Geranium
Nama Lokal : -
Deskripsi : Perdu dengan tinggi 20-60 cm, daun tunggal, berwarna hijau, berbulu, berbau harum, tepi bergerigi dan ujungnya tumpul. Batangnya berkayu, berbulu, dan ketika masih muda berwarnahijau, tetapi setelah tua berwarna kecoklatan. Perakaran tunggang.
Distribusi/Penyebaran : -
Habitat : Saat ini Geranium banyak diusahakan sebagai tanaman hias dan tanaman pekarangan.
Perbanyakan : Perbanyakan dapat dilakukan dengan stek batang, yakni dengan mematahkan batang muda lalu ditancapkan ke tanah. Umumnya diperbanyak dengan stek anakan.
Manfaat tumbuhan : Tanaman ini dapat mengusir nyamuk, selain itu daunnya juga dapat dipakai sebagai anti bakteri, anti serangga, dan anti jamur.
Kategori : Biopestisida
Spesies : Evodia suaveolens, Scheff
Nama Inggris : Euodia suaveolens
Nama Indonesia : Zodia
Nama Lokal : zodia (papua)
Deskripsi : Perdu, dengan tinggi tanaman 0,3 sampai 2 meter dan panjang daun tanaman dewasa 20-30 cm.
Distribusi/Penyebaran : Diduga tanaman Zodia berasal dari Papua. Namun saat ini sudah banyak tumbuh di Pulau Jawa, bahkan sering dijumpai pada halaman rumah atau kebun sebagai tanaman hias.
Habitat : Pekarangan rumah atau kebun. Tanaman ini tumbuh baik di ketinggian 400-1000 m dpl.
Perbanyakan : Perbanyakan zodia dapat dilakukan secara generatifmelalui biji dan stek ranting
Manfaat tumbuhan : Daun Zodia dapat disuling untuk menghasilkan minyak Asiri (essential oil) yang mengandung bahan aktif evodiamine dan rutaecarpine yang menghasilkan aroma cukup tajam sehingga dapat mengusir serangga terutama nyamuk. Selain itu, rebusan kulit batangnya bermanfaat sebagai pereda demam malaria. Rebusan daun dipakai sebagai tonik penambah stamina tubuh.
Kategori : Biopestisida
Spesies : Dioscorea Hispida
Nama Inggris : Yam
Nama Indonesia : Umbi Gadung
Nama Lokal : Bitule, Bunga meraya (Manado); Gadung, Gadung ribo (Sumatera Barat); Gadung (Sunda); Gadung (Jawa); Ghadhung (Madura); Gadung, Sikapa, Skapa (BeIitung); Iwi (Sumbawa); . Ondot in lawanan, Pitur (Minahasa); Siapa (Bugis); Sikapa (Makasar); Boti (Roti); Lei (Kai); Uhulibita, Ulubita (Seram); Hayule, Hayuru (Ambon)
Deskripsi : Semak, menjalar, permukaan batang halus, berduri, warna hijau keputihan. Daun tunggal, lonjong, berseling, ujung lancip, pangkal tumpul, warna hijau. Perbungaan bentuk tandan, di ketiak daun, kelopak bentuk corong, mahkota hijau kemerahan. Buah bulat setelah tua biru kehitaman. Biji bentuk ginjal. Bagian yang Digunakan Rimpang.
Distribusi/Penyebaran : Tumbuh liar di seluruh nusantara, terkadang ditanam juga di pekarangan
Habitat : Tumbuh baik di daerah tropis dengan kondisi tanah yang subur, liat, dan berdrainase baik.
Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan Rhizoma
Manfaat tumbuhan : Jenis tanaman ini mengandung asam sianida pada umbinya, yang berpotensi sebagai pengusir hama pada tanaman.
Sumber Prosea : 12(2): Medicinal and poisonous plants 2 p.229-234 (author(s): Chung, RCK)
Kategori : BiopestisidaSpesies : Derris elliptica
Nama Inggris : Derris, tuba root
Nama Indonesia : Tuba
Nama Lokal : Tuba, oyod tungkul (Javanese), tuwa leteng (Sundanese)
Deskripsi : Tumbuhan berkayu ini adalah jenis yang memanjat dengan setiap ranting mengandungi 4-6 pasang daun berbentuk bujur berukuran lebih kurang7.5 - 13 cm dan lebar 6 cm. Di bahagian bawah daun diliputi oleh bulu lembut berwarna perang. Jambak bunganya pula berwarna merah muda serta sedikit berbulu. Tumbuhan ini juga mempunyai buah berbentuk kekacang nipis dan rata berukuran lebih kurang9 cm, lebar 0.6 - 2.5 cm. dan terdapat 1 - 4 biji dalam satu kekacang.
Distribusi/Penyebaran : Derris ditemukan tumbuh secara liar mulai dari Indiasampai ke Irian Jaya, sedangkan di Afrika dan Amerika tropis dibudidayakan. Di Indonesia, derris terdapat hampir di seluruh wilayah nusantara.
Habitat : Di Jawa ditemukan mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1500 m dpl. Tumbuh terpencar-pencar, di tempat yang tidak begitu kering, di tepi hutan, di pinggir sungai atau dalam hutan belukar yang masih liar.
Perbanyakan : Perbanyakan secara generatif dengan buah
Manfaat tumbuhan : Tanaman ini merupakan penghasil bahan beracun pembunuh nyamuk juga digunakan untuk mengendalikan hama serangga, baik di luar ruangan maupun didalam ruangan.Disamping rotenon sebagai bahan aktif utama, bahan aktif lain yang terdapat pada akar tanaman derris adalah deguelin, elliptone, dan toxicarol. Selain sebagai racun ikan, derris juga dapat digunakan sebagai insektisida, yaitu untuk pemberantasan hama pada tanaman sayuran (terutama kol), tembakau, kelapa, kina, kelapa sawit, lada, teh, coklat, dan lain-lain.
Sumber Prosea : 12(1): Medicinal and poisonous plants 1 p.240-241 (author(s): Hamid, Auzay )
Kategori : Biopestisida
Spesies : Cymbopogon winterianus
Nama Inggris : Java citronella grass, winter`s grass, old citronella grass
Nama Indonesia : Serai wangi
Nama Lokal : Sere wangi (Jawa), Sereh wangi (Sunda), sere (Gayo), barama kusu (Manado), sarai arun (Minangkabau), timbu ale (Gorontalo), kendoung witu (Sumba), sare, sere (Makassar), pataha mpori (Bima).
Deskripsi : Herba menahun dengan tinggi 50-100 cm. Panjang daunnya mencapai 1 m dan lebar 1,5 cm.Tanaman serai wangi tumbuh berumpun. Daun tunggal berjumbai, panjang sampai 1 meter, lebar 1,5 cm, bagian bawahnya agak kasar, tulang daun sejajar. Batang tidak berkayu, berusuk-rusuk pendek, dan berwarna putih. Akarnya serabut.
Distribusi/Penyebaran : Ditanam orang diseluruh nusantara sebagai bahan campuran obat, makanan dan sayuran.
Habitat : Serai wangi dapat tumbuh di tempat yang kurang subur bahkan di tempat yang tandus. Karena mampu beradaptasi secara baik dengan lingkungannya, serai wangi tidak memerlukan perawatan khusus.
Perbanyakan : Perbanyakan dilakukan dengan pemisahan stek anakan. Stek diperoleh dengan cara memecah rumpun yang berukuran besar namun tidak beruas. Potong sebagian daun stek atau kurangi hingga 3 - 5 cm dari pelepah daun. Sebagian akar juga dikurangi dan tinggalkan sekitar 2,5 cm di bawah leher akar.
Manfaat tumbuhan : Tanaman ini dapat digunakan sebagai menggantikan pestisida kimia yaitu untuk insektisida, bakterisida, dan nematisida. Senyawa aktif dari tanaman ini berbentuk minyak atsiri yang terdiri dari senyawa sitral, sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, metil heptenol dan dipentena. Daun dan tangkainya menghasilkan minyak asiri yang dapat digunakan untuk mengusir nyamuk dan serangga. Secara tradisionaldapat dilakukan dengan cara : a). Daun dan tangkainya ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 - 50 gram/l; b). Kemudian endapkan selama 24 jam kemudian disaring agar didapat larutan yang siap diaplikasikan; c). Aplikasi dilakukan dengan cara disemprotkan atau disiramkan; d). Sedangkan untuk pengendalian hama gudang dilakukan dengan cara membakar daun atau batang hingga didapatkan abu, lalu sebarkan / letakkan didekat sarang atau dijalur hama tersebut mencari makan.
Sumber Prosea : 19: Essential-oil plants p.106-110 (author(s): Guzman, CC de; Reglos, RA)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb.
Nama Inggris : turmeric
Nama Indonesia : temu lawak
Nama Lokal : koneng gede (Sunda) , temu lawak (Jawa) , temu latah (Madura)
Deskripsi : Herba dengan rizoma bercabang, bagian luar berwarna kuning gelap sampai coklat kemerahan, bagian dalam jingga atau jingga-merah. Daun tunggal, lonjong-menjorong sampai lonjong-melanset, pangkal dan ujung daun runcing, permukaan daun licin, hijau dengan pita coklat kemerahan sepanjang tulang tengah. Pembungaan majemuk, pada tunas yang tersendiri, daun gagang hijau pucat, bunga yang menyerupai daun gagang berwarna ungu; mahkota bunga merah pucat, bibir bunga kekuningan dengan pita tengah kuning, staminodes melipat membujur, putih kekuningan. Buah kotak dan sedikit berbulu.
Distribusi/Penyebaran : Penyebaran Curcuma xanthorrhiza terdapat di Jawa, Bali dan Maluku. Biasanya ditanam di Jawa, juga di negara lain seperti Semenanjung Malaysia, Filipina dan Thailand, kadang-kadang hal sama juga dilakukan di India.
Habitat : Tumbuh subur dekat air/aliran air pada dataran rendah sampai pegunungan ± 700 m dpl.
Perbanyakan : Temu lawak banyak ditanam dengan potongan akar rimpangnya di Jawa (pekarangan) dan di perkebunan skala kecil di daerah Surakarta dan Ungaran / Semarang Selatan.
Manfaat tumbuhan : Rimpang digunakan untuk mengatasi berbagai macam keluhan di perut, penyakit kuning, batu empedu, meningkatkan aliran dari air empedu. Dekoksi dari rimpangnya digunakan untuk obat demam dan konstipasi, dan digunakan oleh para wanita sebagai perangsang air susu ibu dan untuk mengurangi peradangan pada uterine setelah melahirkan. Penggunaan yang lain untuk mengatasi diare yang disertai pendarahan, disentri,peradangan di rektum, wasir, gangguan perut yang disebabkan luka yang terinfeksi, kulit merah/ruam kulit, jerawat dan eksim, cacar. Di Indonesia, rizomanya merupakan bahan penting untuk berbagai macam jamu. hasilnya berupa pati dan zat warna kuning. Batang muda dan bagian rizoma dimakan sebagai sayuran mentah atau dimasak terlebih dahulu. Rangkaian bunganya dimakan matang. Di Jawa, minuman ringan yang biasa disebut `bir temu lawak` dibuat dengan memasak potongan-potongan rizoma yang dikeringkan.Rimpang temu lawak dicampur cuka, tawas dan uranium (cat basis) memberikan warna kuning Gresik
Sumber Prosea : 12(1): Medicinal and poisonous plants 1 p.217-218 (author(s): Wardini, Trimurti H; Prakoso, Budi)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Cuminum cyminum
Nama Inggris : Cumin, Roman caraway
Nama Indonesia : Jinten
Nama Lokal : Jinten putih (Jawa), jinten bodas (Sunda), jinten poteh (Madura), Ginten (Bali), Jeura engkut, Jeura putih (Aceh), Jinten pute (Bugis);
Deskripsi : Jintan putih mempunyai batang kayu dan daunnya bersusun melingkar dan bertumpuk. Daun jintan putih mempunyai pelepah daun seperti ranting-ranting kecil. Bentukdaun jintan putih tidak berwujud lembaran, tetapi lebih mirip benang-benang kaku dan pendek. Warna dominan tumbuhan ini hijau dan bunganya berukuran kecil berwarna kuning tua ditopang oleh tangkai yang agak panjang.
Distribusi/Penyebaran : Hanya ditanam di daerah pegunungan
Habitat : Jintan putih dapat tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim sejuk, seperti misalnya di daerah india utara dekat kiaki pegunungan himalaya. Di indonesia meskipun dapat tumbuh, tetapi pada umumnya kurang baik.
Perbanyakan : Jinten dapat diperbanyak melalui biji
Manfaat tumbuhan : cuminum cyminum (jintan putih, Red) memiliki sifat-sifat sebagai antibakteri, antikarsinogenik, antiperglikenema, antioksidan, dan anticacing. Riset-riset yang ada membuktikan bahwa biji jintan putih mampu memberikan efek kemopreventif. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam biji jintan putihterdapat senyawa yang berkhasiat sebagai antikanker.
Sumber Prosea : 13: Spices p.108-111 (author(s): Jansen, PCM)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Crinum asiaticum
Nama Inggris : Crinum lily, poison bulb
Nama Indonesia : Bakung
Nama Lokal : Bakung (general), kajang-kajang (Palembang), Bakung, Bakong (Batak) Semur (Bangka) Bakung (Minangkabau), Bakung (Melayu), Bakung (Sunda), Bakung (Jawa Tengah), Bakong (Madura), Bakung bug (Makasar), Dausa (Ambon), Pete (Halmahera), Fete-fete (Ternate)
Deskripsi : Herba, tahunan, tinggi ± 1,3 m. Batang semu, diameter ± 10 cm, tegak, lunak, putih kehijauan. Daun tunggal, lanset, panjang 32-120 cm, Iebar3-10 cm, tebal, bertepi rata, ujung meruncing,pangkal tumpul, bila dipotong melintang nampak lubang-lubang, hijau. Bunga majemuk, bentuk payung, tangkai pipih, tebal, panjang 35-120 cm, pangkal mankota berlekatan, bentuk corong, putih,pulik panjang ± 16 cm, ungu, benang sari melengkung keluar, tangkai sari panjang 5-10 cm, kepala sari warna jingga, bakal buah berbentuk elips, panjang ± 1,5 cm, putih keunguan. Buah kotak, bulat telur, tiap kotak terdapat 1 biji. Biji keras, bentuk ginjal, panjang ± 5 cm hitam. Akar serabut, silindris, putih.
Distribusi/Penyebaran : Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku
Habitat : Pantai berpasir dan asosiasi mangrove
Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan biji.
Manfaat tumbuhan : Tanaman ini telah lama digunakan sebagai bahan obat tardisional depresan sistem syarat pusat.Tanaman ini dapat digunakan sebagai pengganti pestisida yang berfungsi sebagai bakterisida, dan virisida.Senyawa dari tanaman ini mengandung alkaloid yang terdiri dari likorin, hemantimin, krinin dan krianamin.Tanaman ini bermanfaat untuk menekan /menghambat pertumbuhan Fusarium oxyporum.Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan : a). Menumbuk daun dan atau umbi lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 - 50 gram/l selama 24 jam. c). Larutan hasil perendaman ini disaring agar didapat larutan yang siap diaplikasikan. d) Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan.
Sumber Prosea : 12(2): Medicinal and poisonous plants 2 p.196-197 (author(s): Wardah)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Cosmos caudatus
Nama Inggris : Cosmos
Nama Indonesia : Kenikir
Nama Lokal : kenikir (Jawa), saes, randa midang (Sunda)
Deskripsi : Tumbuhan herba, semusim, tinggi 0,5 - 1,5 m. Batang tegak, beralur dan mempunyai banyak percabangan. Daun majemuk bentuk lanset dengan ujung yang meruncing, warna hijau, tepi daun bergerigi. Bunga majemuk mempunyai tangkai bunga, bunga berbentuk seperti cawan warna kuning, setiap di bawah bunga terdapat daun pembalut warna hijau berbentuk seperti lonceng. Buah keras, bentuk jarum, ujung berambut, masih muda hijau setelah tua cokiat. Biji keras, kecil, bentuk jarum, panjang ± 1 cm, hitam.
Distribusi/Penyebaran : Terdapat di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Ambon, Nusa Tenggara dan sebagian Papua.
Habitat : Tumbuh baik di dataran rendah dengan kondisi tanah yang subur, liat, dan berdrainase baik,sampai pegunungan ± 700 m dpl., terutama ditempat terbuka yang mendapatkan sinar matahari penuh.
Perbanyakan : Sudah lama dibudidayakan sebagai tanaman hias di halaman rumah atau kantor bagian depan dengan menggunakan biji.
Manfaat tumbuhan : Bunganya dapat diekstrak menjadi zat pewarna serta memberikan warna kuning agak kecoklatan. Jenis tanaman ini dapat digunakan untuk mengusirserangga. Kenikir umum digunakan sebagai tanaman hias di pekarangan rumah.
Sinonim : Cosmos bipinnatus Ridley non Cavanilles
Sumber Prosea : 8: Vegetables p.152-153 (author(s): Bergh, MH van den)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Clitoria ternatea
Nama Inggris : Butterfly pea, ordofan pea, blue pea, Asian pigeon-wings
Nama Indonesia : Bunga biru
Nama Lokal : Bunga biru (Malay), kembang telang (Jawa, Sunda), Bunga telang (Makassar), Bunga temenraleng (Bugis), Saya ma gulele (Ternate), Bisi (Halmahera Utara)
Deskripsi : Tumbuhan ini tergolong ke dalam famili Leguminosae atau kacang-kacangan. Hidupnya merambat dan membelit.daunnya bersirip ganjil. Daun pelindungnya berjumlah 2-3 pasang berbentuk telur atau jorong. Permukaan daun dan batangnya berbulu. Untuk bunganya, warnanya biru, jarang berwarna putih. Bentuknya seperti kupu-kupu. Jumlah bunganya biasanya terdapat beberapa tangkai, sedangkan di ketiak daun berjumlah satu bunga. Bila bunga dibuahi, maka dihasilkan polong yang berbentuk garis lebar, dan tipis. Di dalamnya terdapat banyak biji. Bentuk bijinya tak berlipat dan terdapat pusar biji.
Distribusi/Penyebaran : Jawa, Sunda, Maluku, Ternate, Sulawesi Selatan.
Habitat : Kembang teleng (Clitoria ternatea l) sering ditemukan hidup menjalar di pagar-pagar rumah di pedesaan. Tempat yang cocok untuk hidupnya adalah di dataran rendah hingga ketinggian 700 meter.
Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan biji
Manfaat tumbuhan : Clitoria ternatea mengandung finotin, isolasi protein tanaman ini dengan kekayaan biosidal mampu melawan hama serangga, cendawan dan bakteri.
Sumber Prosea : 4: Forages p.94-97 (author(s): Staples, IB)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Chrysanthemum cinerariaefolium
Nama Inggris : Piretrum
Nama Indonesia : Bunga chrisan, piretrum, seruni
Nama Lokal : Seruni (Jawa)
Deskripsi : Terna, tinggi 0,5-1 m. Batang tegak, bulat, sedikit bercabang, permukan kasar, hijau. Daun tunggal, berseling, lonjong, ujung runcing, pangkal membulat, tepi bertoreh, panjang 7-13 cm, lebar 3-6 cm pertulangan menyirip, tebal, permukaan kasar, hijau. Bunga majemuk, bentuk cawan, di ketiak daun atau ujung batang, garis tengah 3-5 cm, kelopak bentuk cawan, ujung runcing, hijau, benang sari dan putik halus, berkumpul di tengah bunga, mahkota lonjong, lepas, panjang 3-8 mm, kuning. Buah lonjong, kecil, ditutupi selaput buah, masih muda putih setelah tua hitam.Biji lonjong, kecil, hitam. Akar tunggang, putih.
Distribusi/Penyebaran : Jawa
Habitat : Idealnya piretrium tumbuh di daerah beriklim dingin atau pegunungan yaitu di ketinggian 600-3000 m dpl dengan curah hujan sekitar 1200 mm, dengan kemarau yang cukup singkat 2-3 bulan.
Perbanyakan : Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan carapenyerpihan, yaitu pemisahan tanaman dari satu tanaman menjadi beberapa tanaman lengkap dengan akar, batang, daun.
Manfaat tumbuhan : Tanaman ini dapat berfungsi sebagai insektisida, fungisida, dan nematisida.Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah. Senyawa aktif dari tanaman ini terdapat pada bunga bersifat racun kontak yang dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat serangga, menghambat perkembangan serangga dengan penetasan telur. Bonggol bunganya mengandung bahan beracun yang disebut piretrin yang memiliki sifat mengusir dan membunuh nyamuk/seranggasehingga dapat dijadikan insektisida nabati. Bahan aktif piretrin telah digunakan dalam berbagai bentuk, antara lain aerosol untuk antinyamuk semprot, insektisida untuk dicampur dengan air, dan anti nyamuk bakar.
Kategori : Biopestisida
Spesies : Carica papaya
Nama Inggris : Papaw
Nama Indonesia : Pepaya
Nama Lokal : Pepaya (Indonesia), Gedang (Sunda); Betik, Kates, Telo gantung (Jawa);
Deskripsi : Pepaya (carica papaya) merupakan tumbuhan yangberbatang tegak dan basah. Pepaya menyerupai palma, bunganya berwarna putih dan buahnya yang masak berwarna kuning kemerahan, rasanya seperti buah melon. Tinggi pohon pepaya dapat mencapai 8 sampai 10 meter dengan akar yang kuat. Helaian daunnya menyerupai telapak tangan manusia. Apabila daun pepaya tersebut dilipat menjadi dua bagian persis di tengah, akan nampak bahwa daun pepaya tersebut simetris. Rongga dalam pada buah pepaya berbentuk bintang apabila penampang buahnya dipoting melintang. Tanaman ini juga dibudidayakan di kebun-kebun luas karena buahnya yang segar dan bergizi.
Distribusi/Penyebaran : Di Indonesia tanaman pepaya tersebar dimana-mana bahkan telah menjadi tanaman perkarangan.Sentra penanaman buah pepaya di Indonesia adalah daerah Jawa barat (kabupaten Sukabumi), Jawa Timur (kabupaten Malang), Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah, Sulawesi Selatan (Toraja), Sulawesi Utara (Manado).
Habitat : Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan Coasta Rica. Tanamanpepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan (sampai 1000 m dpl).
Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan biji
Manfaat tumbuhan : Daun yang kering atau masih segar dapat digunakan sebagai pengusir serangga. Daun tersebut disemprotkan ke tanaman agar serangga menjauh.
Sumber Prosea : 2: Edible fruits and nuts p.108-112 (author(s): Villegas, VN)
Kategori : Biopestisida
Spesies : Azadirachta indica
Nama Inggris : bird`s-eye kalantas, nim, margosa, cornucopia, margosier, margosa tree
Nama Indonesia : Mimba, kayu bawang
Nama Lokal : Nimba (Jawa), membha, mempheuh (Madura), intaran (Bali), surian bawang, bawang kunyit (Kalimantan), nibwak (Irian Jaya)
Deskripsi : Pohon ini tingginya mencapai 20 m dan gemangnya 100 cm, batangnya agak bengkok dan pendek, gubalnya berwarna kelabu, terasnya berwarna merah dan keras. Tajuk rapat, berbentuk oval dan besar. Selalu hijau tidak menggugurkan daun pada musim panas dan kering yang ekstrim. Daunnya majemuk 7-17 pasang pertangkai, berbentuk lonjong dan bergigi. Daun sangat pahit dan bijinya mengeluarkan bau seperti bawang putih.
Distribusi/Penyebaran : Nimba merupakan tanaman asli India dan Myanmar.
Habitat : Tanaman ini dapat tumbuh baik dilahan kurang subur, berpasir dan berbatu, juga di daerah beriklim panas bahkan di daerah yang curah hujannya kurang dari 500 mm per tahun. Jika tumbuh di daerah curah hujan tinggi produksi daun nimba lebih banyak dan sangat sulit berbuah. Jika di tanam di daerah bercurah hujan rendah produksi biji nimba lebih banyak.
Perbanyakan : Vegetatif dan generatif
Manfaat tumbuhan : Tanaman ini dapat digunakan sebagai insektisida, bakterisida, fungisida, acarisida, nematisida dan virisida. Senyawa aktif yang dikandung terutama terdapat pada bijinya yaitu azadirachtin, meliantriol,salannin, dan nimbin. Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan: a). Biji nimba dikupas / daun dimba ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 20 - 25 gram/l; b). Endapkan selama 24 jam kemudian disaring agar didapat larutan yang siap diaplikasikan; c). Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan, untuk pengendalian sedangkan untuk pengendalian nematoda dilakukan dengan cara menyiram di sekitar tanaman yang terserang.
Sumber Prosea : 5(2): Timber trees; Minor commercial timbers p.77-78 (author(s): Sunarno, B. )
Kategori : BiopestisidaSpesies : Azadirachta indica
Nama Inggris : bird`s-eye kalantas, nim, margosa, cornucopia, margosier, margosa tree
Nama Indonesia : Mimba, kayu bawang
Nama Lokal : Nimba (Jawa), membha, mempheuh (Madura), intaran (Bali), surian bawang, bawang kunyit (Kalimantan), nibwak (Irian Jaya)
Deskripsi : Pohon ini tingginya mencapai 20 m dan gemangnya 100 cm, batangnya agak bengkok dan pendek, gubalnya berwarna kelabu, terasnya berwarna merah dan keras. Tajuk rapat, berbentuk oval dan besar. Selalu hijau tidak menggugurkan daun pada musim panas dan kering yang ekstrim. Daunnya majemuk 7-17 pasang pertangkai, berbentuk lonjong dan bergigi. Daun sangat pahit dan bijinya mengeluarkan bau seperti bawang putih.
Distribusi/Penyebaran : Nimba merupakan tanaman asli India dan Myanmar.
Habitat : Tanaman ini dapat tumbuh baik dilahan kurang subur, berpasir dan berbatu, juga di daerah beriklim panas bahkan di daerah yang curah hujannya kurang dari 500 mm per tahun. Jika tumbuh di daerah curah hujan tinggi produksi daun nimba lebih banyak dan sangat sulit berbuah. Jika di tanam di daerah bercurah hujan rendah produksi biji nimba lebih banyak.
Perbanyakan : Vegetatif dan generatif
Manfaat tumbuhan : Tanaman ini dapat digunakan sebagai insektisida, bakterisida, fungisida, acarisida, nematisida dan virisida. Senyawa aktif yang dikandung terutama terdapat pada bijinya yaitu azadirachtin, meliantriol,salannin, dan nimbin. Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan: a). Biji nimba dikupas / daun dimba ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 20 - 25 gram/l; b). Endapkan selama 24 jam kemudian disaring agar didapat larutan yang siap diaplikasikan; c). Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan, untuk pengendalian sedangkan untuk pengendalian nematoda dilakukan dengan cara menyiram di sekitar tanaman yang terserang.
Sumber Prosea : 5(2): Timber trees; Minor commercial timbers p.77-78 (author(s): Sunarno, B. )
Kategori : BiopestisidaSistem Aplikasi Otomatis Inokulum Pengompos Tandan Kosong Kelapa Sawit
Dari alam, kembali ke alam, dengan bantuan alam dan sedikit campur tangan manusia, menjadikannyapupuk kompos dengan sifat pestisida, dan sebagai media penyaluran hormon pertumbuhan bagi tumbuhan lainnya. PERSPEKTIF
WHAT?
T andan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah padat terbanyak dari pabrik minyak kelapa sawit mentah (PKS). Selama ini TKKS dibuang ke kebun sawit sebagai mulsa tanpa proses pengomposan sehingga mengganggu proses pemupukan dan berisiko memicu serangan hama kumbang Oryctes rhinoceros serta penyakit busuk pangkal batang Ganoderma Sp .
Sistem pembuatan kompos melalui alat aplikator inokulum otomatis, tanpa proses pencacahan seperti sistem biasanya, secara cepat, merata dan efisien mampu memproses limbah TKKS menjadi kompos, yang ketika diproses akan menjadi pupuk dengan sifat pestisida alami, dan memberikan suplaihormon perangsang pertumbuhan bagi tanaman sawit.
The empty fruit bunches from palm trees are becoming a serious waste problem in the palm oil mill.
A device that inoculate the waste automatically and efficiently, will hasten the production of organic fertilizer that acts as biopesticide and prevent diseases, and also as a supplying system for growth hormone needed by the oil palm trees. English
WHY?
*. Tidak perlu investasi tinggi pada mesin pencacah
*. Praktis serta lebih hemat inokulum, tenaga kerja dan bahan bakar daripada sistem pengomposan lain
*. Tanpa sterilisasi ataupun pasteurisasi TKKS
*. TKKS yang diinokulasi memberi keuntungan: Mencegah penyakit Ganoderma Sp . dan menekan eksplosi kumbang Oryetes rhinoceros , menyediakan hormon pertumbuhan bagi tanaman dan meningkatkan kandungan organik tanah, mengurangi dosis pupuk kimia hingga 50%
*. Mengurangi pencemaran lingkungan Keunggulan
Potensi Aplikasi:
Sesuai untuk diaplikasikan di semua perkebunan sawit.

Monday, August 8, 2011

pestisida hayati

MIMBA PESTISIDA NABATI RAMAH
LINGKUNGAN Pestisida Organik Pendahuluan Daun Mimba Biji mimba Serbuk Biji
Mimba Sampai saat ini pestisida kimia masih merupakan satu-satunya senjata pamungkas petani untuk pengendalian OPT di lahan pertanian, karena mudah didapat, tidak repot, dan hasilnya segera dapat dilihat. Penggunaan pestisida oleh petani cenderung sangat berlebihan, sehingga berdampak negatif terhadap
konsumen maupun ekosistem pertanian. Salah satu cara alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan adalah dengan penggunaan pestisida nabati. Prinsip penggunaan pestisida nabati tersebut hanya untuk mengurangi, dan bukan untuk meninggalkan pemakaian pestisida kimia, karena efektivitasnya juga masih di bawah pestisida kimia. Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan di dunia telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae. Mimba (Azadirachta indica A. Juss; Mileaceae), merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida nabati) yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Tanaman ini tersebar di daratan India. Di Indonesia tanaman ini banyak ditemukan di sekitar provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB. Dataran rendah dan lahan kering dengan ketinggian 0-800 dpl. merupakan habitat yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman mimba. Penanaman dapat dilakukan melalui stek, cangkok, dan biji. Pembibitan lewat biji dilakukan segera mungkin setelah panen. Biji yang dijadikan benih, dimasukkan dalam karung basah selama 3-7 hari, atau direndam semalam agar cepat berkecambah. Benih yang telah berkecambah kemudian dipindah dalam polybag ukuran 30 cm yang berisi campuran tanah dan humus sampai tanaman berumur 3 bulan. Pemindahan bibit ke lahan penanaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan, agar tanaman tidak kekeringan. Tanaman mimba umumnya berbuah pada umur 3-5 tahun, dan pada umur 10 tahun tanaman mulai produktif berbuah. Buah yang dihasilkan dapat mencapai 50 kg per pohon. Tanaman mimba hanya berbuah setahun sekali (sekitar bulan Desember-Januari). Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama azadiraktin. Selain bersifat sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, maupun akarisida. Cara Kerja Mimba Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung azadirachtinmeliantriol, salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman mimba. Senyawa aktif tanaman mimba tidak membunuh hama secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu juga berperan sebagai pemandul. Selain bersifat sebagai insektisida, tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida dan rodentisida. Senyawa aktif tersebut telah dilaporkan berpengaruh terhadap lebih kurang 400 serangga. sebagai senyawa aktif utama, Keunggulan Mimba Pengendalian hama dengan menggunakan mimba sebagai insektisida nabati mempunyai beberapa keunggulan antara lain : Di alam senyawa aktif mudah
terurai, sehingga kadar residu
relatif kecil, peluang untuk
membunuh serangga bukan
sasaran rendah dan dapat
digunakan beberapa saat menjelang panen.
Cara kerja spesifik, sehingga aman
terhadap vertebrata (manusia dan
ternak)
Tidak mudah menimbulkan
resistensi, karena jumlah senyawa aktif lebih dari satu. Dengan keunggulan di atas, maka akan dihasilkan produk pertanian dengan kualitas yang prima, dan kelestarian ekosistem tetap terpelihara. Kelemahan mimba Persitensi insektisida yang singkat kadang kurang menguntungkan dari segi ekonomis, karena pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi yang berulang-ulang agar mencapai keefektifan pengendalian yang maksimal.
Biaya produksi lebih mahal,
sehingga harga jualnya belum
tentu lebih murah dari insektisida
sintetik. Kendala pengembangan mimba sebagai insektisida alami Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak dapat segera dilihat, di samping itu petani harus membuat sedia sendiri. Dengan alasan tersebut petani akan lebih memilih pestisida kimia dari pada nabati.
Kurangnya dorongan penentu kebijakan
Bahan, seperti halnya biji mimba tidak tersedia secara berkesinambungan, hal tersebut disebabkan karena biji mimba hanya dapat dipanen setahun sekali.
Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang disebabkan karena sifat racunnya mudah terdegradasi
Memerlukan persiapan yang agak lama, untuk mendapatkan konsentrasi bahan pestisida yang baik harus dilakukan perendaman selama 12 jam (semalam). Berdasarkan hasil penelitian telah diperoleh bahwa ekstrak air biji mimba 50 g/l yang diaplikasikan pada umur 8 hari efektif menekan serangan hama lalat kacang, Ophiomyia phaseoli pada tanaman kedelai setara Karbofuran (Curater 3 G-6 kg/ha), Fipronil (Regent 50 EC-2 ml/l), dan Klorfirifos (Petroban200 EC-2 ml/l) (Gambar 1) dengan memberikan nilai tambah sebesar Rp 80 400,- per hektar, dibanding dengan tanpa pengendalian. Biji mimba yang diekstrak dengan pelarut air (50 g/l) ditambah 0,5 ml perata/ha juga efektif menekan serangan tungau merah pada ubikayu dengan mortalitas 70 % . Pada tanaman kacang hijau ekstrak air biji mimba 50 g/l dapat menekan kehilangan hasil 13-45% terhadap hama penggerek polong Maruca testulalis, dan sebesar 21,5 % terhadap hama Thrips bila dibanding tanpa pengendalian. Hasil pengamatan di KP Kendalpayak pada MT 2007 menunjukkan bahwa populasi ulat grayak, Spodoptera lituraBemisia tabaci cukup tinggi. Rata-
rata populasi ulat grayak adalah 6 ekor ulat/6 ayunan (Gambar 2), sedang populasi kutu kebul mencapai 1300-1500 ekor /6 ayunan (Gambar 3) pada varietas Burangrang, Kaba, Ijen, yang disemprot insektisida kimia, dibanding 1 ekor ulat/6 ayunan dan 100-700 ekor kutu kebul/6 ayunan pada varietas yang sama yang disemprot dengan serbuk biji mimba 50 g/l air. Pada perlakuan penyemprotan serbuk biji mimba 50 g/l air, predator laba-laba masih dijumpai, sedangkan pada perlakuan insektisida kimia, tidak ditemukan adanya predator laba-laba (Gambar 2) . Penampilan tanaman yang diaplikasi dengan serbuk biji mimba juga baik (Gambar 4). Hasil uji laboratorium terhadap ulat grayak Spodoptera litura. diperoleh bahwa ekstrak air daun mimba (EDM) dan ekstrak air biji mimba (EBM) efektif menekan populasi larva S. lituraS. Litura (Gambar 5). dan kutu kebul, masing-masing sampai 83 % dan 93 %. Mortalitas larva pada perlakuan biji lebih tinggi bila dibanding dengan perlakuan daun. Penggunaan EDM dengan konsentrasi 10 % (100 g/l) secara statistik tidak berbeda nyata dengan penggunaan EBM sebanyak 50 g/l. Semakin tinggi konsentrasi biji maupun daun yang digunakan semakin efektif / manjur dalam mematikan larva Keterangan: Bs = BPMC (Bassa 50 EC); Crt = karbofuran (Curater 3G); Ptf = karbofuran (Petrofur 3G); Sidm = sipermetrin (Sidametrin 50 EC); Rgt = fipronil (Regent 50 EC); Ptb = klorfrifos (Petroban 200 EC); Sky = biji srikaya; Bkg – Biji bengkuang; Mb = biji mimba; K = kontrol; pop = populasi; tan. = tanaman. Gambar 1. Fluktuasi populasi larva lalat kacang setelah perlakuan insektisida. Inlitkabi Kendalpayak- Malang, MK. 2005 Gambar 2. Populasi ulat grayak, laba- laba, dan kutu kebul pada perlakuan penyemprotan insektisida kimia dan serbuk biji mimba, KP Kendalpayak, MT. 2007 Gambar 3. Populasi kutu kebul pada perlakuan penyemprotan insektisida kimia dan serbuk biji mimba, KP Kendalpayak, MT. 2007 Gambar 4. Varietas Burangrang yang diapliaski dengan sebuk biji mimba 50 gr/l Gambar 5. Rata-rata mortalitas larva pada beberapa konsentrasi biji (BM) dan daun mimba (DM) yang dilarutkan dalam pelarut air. Laboratorium Balitkabi, MK 2008 Pembuatan Ekstrak Air Biji Mimba 1. Kering anginkan biji mimba beserta kulit biji sampai kering agar tidak berjamur. 2. Giling biji dan kulit biji mimba sampai halus, kemudian saring dengan ayakan (850 µm). 3 .Timbang 25-50 g serbuk biji mimba + 1 l air + 1 ml alkohol aduk rata, kemudian rendam semalam (12 jam). 4. Keesokan harinya rendaman bahan disaring dengan kain furing 5. Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa), aduk rata dan larutan siap disemprotkan. 6. Penyemprotan sebaiknya dilakukan
pada sore hari, dengan volume semprot yang memadai 400-600 l air, tergantung umur tanaman yang akan disemprot Pembuatan Ekstrak Air Daun Mimba 1. Blender 50 g daun mimba segar dengan 1 l air + 1 ml alkohol aduk rata, kemudian rendam semalam (12 jam).
2. Keesokan harinya rendaman bahan disaring dengan kain furing
3. Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa), aduk rata dan larutan siap disemprotkan. _____ sumber : balitkabi.litbang.deptan.go.id

Pestisida hayati

MIMBA PESTISIDA NABATI RAMAH LINGKUNGAN
Pestisida Organik
Pendahuluan
Daun Mimba Biji mimba Serbuk Biji Mimba
Sampai saat ini pestisida kimia masih merupakan satu-satunya senjata pamungkas petani untuk pengendalian OPT di lahan pertanian, karena mudah didapat, tidak repot, dan hasilnya segera dapat dilihat. Penggunaan pestisida oleh petani cenderung sangat berlebihan, sehingga berdampak negatif terhadap konsumen maupun ekosistem pertanian.
Salah satu cara alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan adalah dengan penggunaan pestisida nabati. Prinsip penggunaan pestisida nabati tersebut hanya untuk mengurangi, dan bukan untuk meninggalkan pemakaian pestisida kimia, karena efektivitasnya juga masih di bawah pestisida kimia.
Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan di dunia telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae.
Mimba ( Azadirachta indica A. Juss; Mileaceae), merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida nabati) yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Tanaman ini tersebar di daratan India. Di Indonesia tanaman ini banyak ditemukan di sekitar provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB. Dataran rendah dan lahan kering dengan ketinggian 0-800 dpl. merupakan habitat yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman mimba. Penanaman dapatdilakukan melalui stek, cangkok, dan biji. Pembibitan lewat biji dilakukan segera mungkin setelah panen. Biji yang dijadikan benih, dimasukkan dalam karung basah selama 3-7 hari, atau direndam semalam agar cepat berkecambah. Benih yang telah berkecambah kemudian dipindah dalam polybag ukuran 30 cm yang berisi campuran tanah dan humus sampai tanaman berumur 3 bulan. Pemindahan bibit ke lahan penanaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan, agar tanaman tidak kekeringan. Tanaman mimba umumnya berbuah pada umur 3-5 tahun, dan pada umur 10 tahun tanaman mulai produktif berbuah. Buah yang dihasilkan dapat mencapai 50 kg per pohon. Tanaman mimba hanya berbuah setahun sekali (sekitar bulan Desember-Januari).
Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama azadiraktin. Selain bersifat sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, maupun akarisida.
Cara Kerja Mimba
Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung azadirachtinmeliantriol, salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman mimba. Senyawa aktif tanaman mimba tidak membunuh hama secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu juga berperan sebagai pemandul. Selain bersifat sebagai insektisida, tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida dan rodentisida. Senyawa aktif tersebut telah dilaporkan berpengaruh terhadap lebih kurang 400serangga. sebagai senyawa aktif utama,
Keunggulan Mimba
Pengendalian hama dengan menggunakan mimbasebagai insektisida nabati mempunyai beberapa keunggulan antara lain :
Di alam senyawa aktif mudah terurai, sehingga kadar residu relatif kecil, peluang untuk membunuh serangga bukan sasaran rendah dan dapat digunakan beberapa saat menjelang panen.
Cara kerja spesifik, sehingga aman terhadap vertebrata (manusia dan ternak)
Tidak mudah menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa aktif lebih dari satu.
Dengan keunggulan di atas, maka akan dihasilkan produk pertanian dengan kualitas yang prima, dan kelestarian ekosistem tetap terpelihara.
Kelemahan mimba
Persitensi insektisida yang singkat kadang kurang menguntungkan dari segi ekonomis, karena pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi yang berulang-ulang agar mencapai keefektifan pengendalian yang maksimal.
Biaya produksi lebih mahal, sehingga harga jualnya belum tentu lebih murah dari insektisida sintetik.
Kendala pengembangan mimba sebagai insektisida alami
Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak dapat segera dilihat, di samping itu petani harus membuat sedia sendiri. Dengan alasan tersebut petani akan lebih memilih pestisida kimia dari pada nabati.
Kurangnya dorongan penentu kebijakan
Bahan, seperti halnya biji mimba tidak tersedia secara berkesinambungan, hal tersebut disebabkan karena biji mimba hanya dapat dipanensetahun sekali.
Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang disebabkan karena sifat racunnya mudah terdegradasi
Memerlukan persiapan yang agak lama, untuk mendapatkan konsentrasi bahan pestisida yang baik harus dilakukan perendaman selama 12 jam (semalam).
Berdasarkan hasil penelitian telah diperoleh bahwa ekstrak air biji mimba 50 g/l yang diaplikasikan pada umur 8 hari efektif menekan serangan hama lalat kacang, Ophiomyia phaseoli pada tanaman kedelai setara Karbofuran (Curater 3 G-6 kg/ha), Fipronil (Regent 50 EC-2 ml/l), dan Klorfirifos (Petroban200 EC-2 ml/l) (Gambar 1) dengan memberikan nilai tambah sebesar Rp 80 400,- per hektar, dibanding dengan tanpa pengendalian. Biji mimba yang diekstrak dengan pelarut air (50 g/l) ditambah 0,5 ml perata/ha juga efektif menekan serangan tungau merah pada ubikayu dengan mortalitas 70 %. Pada tanaman kacang hijau ekstrak air biji mimba 50 g/l dapat menekan kehilangan hasil 13-45% terhadap hama penggerek polong Maruca testulalis, dan sebesar 21,5 % terhadap hama Thrips bila dibanding tanpa pengendalian. Hasil pengamatan di KP Kendalpayak pada MT 2007 menunjukkan bahwa populasi ulat grayak, Spodoptera lituraBemisia tabaci cukup tinggi. Rata-rata populasi ulat grayak adalah 6 ekor ulat/6 ayunan (Gambar 2), sedang populasi kutu kebul mencapai 1300-1500ekor /6 ayunan (Gambar 3) pada varietas Burangrang, Kaba, Ijen, yang disemprot insektisida kimia, dibanding 1 ekor ulat/6 ayunan dan 100-700 ekor kutu kebul/6 ayunan pada varietas yang sama yang disemprot dengan serbuk biji mimba 50 g/l air. Pada perlakuan penyemprotan serbuk biji mimba 50 g/l air, predator laba-laba masih dijumpai, sedangkan pada perlakuan insektisida kimia, tidak ditemukan adanya predator laba-laba (Gambar 2). Penampilan tanaman yang diaplikasi dengan serbuk biji mimba juga baik (Gambar 4). Hasil uji laboratorium terhadap ulat grayak Spodoptera litura. diperoleh bahwa ekstrak air daun mimba (EDM) dan ekstrak air biji mimba (EBM) efektif menekan populasi larva S. lituraS. Litura (Gambar 5). dan kutu kebul, masing-masing sampai 83 % dan 93 %. Mortalitas larva pada perlakuan biji lebih tinggi bila dibanding dengan perlakuan daun. Penggunaan EDM dengan konsentrasi 10 % (100 g/l) secara statistik tidak berbeda nyata dengan penggunaan EBM sebanyak 50 g/l. Semakin tinggi konsentrasi biji maupun daun yang digunakan semakin efektif / manjur dalam mematikan larva
Keterangan:
Bs = BPMC (Bassa 50 EC); Crt = karbofuran (Curater 3G); Ptf = karbofuran (Petrofur 3G); Sidm = sipermetrin (Sidametrin 50 EC); Rgt = fipronil (Regent 50 EC); Ptb = klorfrifos (Petroban 200 EC); Sky = biji srikaya; Bkg – Biji bengkuang; Mb = biji mimba; K = kontrol; pop = populasi; tan. = tanaman.
Gambar 1. Fluktuasi populasi larva lalat kacang setelah perlakuan insektisida. Inlitkabi Kendalpayak-Malang, MK. 2005
Gambar 2. Populasi ulat grayak, laba-laba, dan kutu kebul pada perlakuan penyemprotan insektisida kimia dan serbuk biji mimba, KP Kendalpayak, MT. 2007
Gambar 3. Populasi kutu kebul pada perlakuan penyemprotan insektisida kimia dan serbuk biji mimba, KP Kendalpayak, MT. 2007
Gambar 4. Varietas Burangrang yang diapliaski dengan sebuk biji mimba 50 gr/l
Gambar 5. Rata-rata mortalitas larva pada beberapa konsentrasi biji (BM) dan daun mimba (DM) yang dilarutkan dalam pelarut air. Laboratorium Balitkabi, MK 2008
Pembuatan Ekstrak Air Biji Mimba
1. Kering anginkan biji mimba beserta kulit biji sampai kering agar tidak berjamur.
2. Giling biji dan kulit biji mimba sampai halus, kemudian saring dengan ayakan (850 µm).
3 .Timbang 25-50 g serbuk biji mimba + 1 l air + 1 ml alkohol aduk rata, kemudian rendam semalam (12 jam).
4. Keesokan harinya rendaman bahan disaring dengan kain furing
5. Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa), adukrata dan larutan siap disemprotkan.
6. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari, dengan volume semprot yang memadai 400-600 l air, tergantung umur tanaman yang akan disemprot
Pembuatan Ekstrak Air Daun Mimba
1. Blender 50 g daun mimba segar dengan 1 l air + 1 ml alkohol aduk rata, kemudian rendam semalam (12 jam).
2. Keesokan harinya rendaman bahan disaring dengan kain furing
3. Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa), adukrata dan larutan siap disemprotkan.
_____
sumber : balitkabi.litbang.deptan.go.id

Sunday, August 7, 2011

semut pengendalian hama tanaman

Semut Pengendali Hama Tanaman Kalau Anda pernah digigit semut ketika memanjat pohon mangga atau nangka, mungkin Anda akan kesal oleh serbuan semut-semut yang begitu gencar. Seringkali gigitannya membuat kita mengaduh-aduh. Serangga kuning & ramping ini membangun sarangnya di daun- daun. Jumlah mereka bisa mencapai ratusan, mempunyai teritori & terkenal agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Itulah semut Rangrang (Oecophylla smaragdina). Semut Rangrang bukan sembarang semut. Mereka unik dan berbeda dari jenis semut lainnya. Manusia telah menggunakan jasa mereka dalam perkebunan berabad-abad yang lalu. Tercatat, sekitar tahun 300 Masehi di Canton (China), semut ini digunakan untuk mengusir hama pada tanaman jeruk. Orang mengambil sarang- sarang semut ini dari hutan, memperjualbelikannya, lalu meletakkannya di pohon-pohon jeruk
jenis unggul. Teknik yang sama tetap dilakukan sampai abad ke-12, dan masih diterapkan di selatan China sampai saat ini. Di perkebunan kopi di Lampung, kita dapat menemukan koloni semut ini bersarang di daun- daun kopi. Ternyata, pada tanaman kopi yang ditempati sarang ini lebih baik keadaannya daripada tanaman yang tidak ditempati semut Rangrang. Produksi kopi pun jadi lebih meningkat.
Para pakar serangga di Ghana telah menggunakan jenis semut Rangrang Afrika (Oecophylla longinoda) untuk mengendalikan hama tanaman cokelat. Kehadiran semut ini ternyata mampu mengurangi dua macam penyakit serius yang disebabkan oleh virus dan jamur, yaitu dengan jalan menyerang dan membunuh kutu daun yang menjadi penyebar penyakit ini. Kutu daun sangat merugikan, karena menghisap cairan tanaman sekaligus memakan jaringannya. Cara pengendalian hama seperti ini kita kenal sebagai “biological control” dan ini merupakan contoh tertua dalam sejarah pertanian. Biokontrol dan Bioindikator Penggunaan semut Rangrang sebagai biokontrol ternyata sudah dilakukan pula oleh sebagian penduduk Indonesia, meskipun tidak besar- besaran. Misalnya jika pohon jambu atau pohon mangga di pekarangan terserang hama, mereka akan memindahkan semut-semut Rangrang
ke pohon tersebut.
Sebenarnya bukan itu saja manfaat yang diberikan semut Rangrang kepada manusia. Dengan sifatnya yang sangat peka terhadap perubahan udara, manusia dapat menggunakan semut ini sebagai indikator keadaan udara di suatu lingkungan.
Semut Rangrang menyukai lingkungan yang berudara bersih. Jangankan asap pabrik atau asap kendaraan bermotor, asap yang berasal dari pembakaran sampah di kebun saja dapat membuat mereka menyingkir. Tak heran, jika di Jakarta atau di kota-kota besar lainnya kita semakin sulit menemukan sarang mereka di pepohonan.
Adakalanya jarang pula kita mendapati mereka di daerah perkebunan. Karena sekarang pemberantasan hama dengan pestisida lebih banyak digunakan, sehingga bukan saja hama yang mati tetapi banyak serangga lain yang berguna turut terbunuh. Belum lagi perburuan yang dilakukan manusia terhadap semut Rangrang. Banyak orang mengambil sarang-sarang mereka untuk mendapatkan anak- anak Rangrang (“kroto”) sebagai makanan burung peliharaan. Tentunya hal ini akan menjadikan kian menyusutnya populasi semut Rangrang. Padahal keberadaan semut ini penting sebagai musuh alami serangga hama, sekaligus sebagai indikator biologis (hayati) terhadap kualitas udara di suatu daerah. Ratu Dilindungi Mengenal kehidupan serangga yang berjasa ini memang cukup mengesankan. Serangga sosial ini membuat sarang di kanopi hutan- hutan tropis sampai kebun-kebun kopi maupun cokelat. Mereka membentuk koloni yang anggotanya bisa mencapai 500.000 ekor, terdiri atas ratu yang sangat besar, anak- anak, dan para pekerja merangkap prajurit. Semuanya betina, kecuali beberapa semut jantan yang berperan kecil dalam kehidupan koloni. Semut- semut jantan itu segera pergi jika telah dewasa untuk melangsungkan wedding fight yaitu terbang untuk mengawini sang ratu, lalu mereka tidak kembali lagi ke sarangnya.
Di antara anggota koloni, yang paling giat adalah kelompok pekerja. Mereka rajin mencari makan, membangun sarang, dan gigih melindungi wilayah mereka siang dan malam hari. Sekitar setiap satu menit, salah satu pekerja memuntahkan makanan cair ke dalam mulut ratu. Mereka menyuapi ratu dengan makanan yang telah dilunakkan sehingga memungkinkan sang ratu menghasilkan ratusan telur per hari. Jika ratu telah bertelur, para pekerja akan memindahkan telur- telur itu ke tempat yang terlindung, membersihkannya, dan memberi makan larva-larva halus jika telah menetas.
Semut Rangrang dikenal pula sebagai senyum penganyam, karena cara mereka membuat sarang seperti orang membuat anyaman. Sarang mereka terbuat dari beberapa helai daun yang dilekukkan dan dikaitkan bersama-sama membentuk ruang- ruang yang rumit dan menyerupai kemah. Dedaunan itu mereka tarik ke suatu arah, lalu dihubungkan dengan benang-benang halus yang diambil dari larva mereka sendiri. Para pekerja bergerak bolak-balik dari satu daun ke daun lainnya membentuk anyaman.
Makhluk asing yang mencoba menyusup ke daerah sarang, akan mereka halau dengan sengatan asam format yang keluar dari kelenjar racun mereka. Kalau semut jenis lain sengaja membiarkan bahkan memelihara kutu daun hidup dalam wilayah kekuasaan mereka, maka semut Rangrang justru sebaliknya. Mereka berusaha mati- matian menyingkirkan serangga lain yang hidup pada pohon tempat sarang mereka berada. Oleh karena itu, jika kita membedah sarang mereka seringkali kita menemukan bangkai kumbang atau serangga lain yang lebih besar dari semut ini.
Itulah keistimewaan yang dimiliki semut Rangrang sehingga membuat mereka memegang arti penting dalam pengendalian hama secara alami. Cukup sederhana, namun tidak berisiko terhadap lingkungan seperti halnya jika kita menggunakan insektisida kimia. Pesan Kimiawi Semut ternyata mempunyai semacam kelenjar yang menghasilkan cairan khusus yang digunakan untuk menandai wilayah mereka. Kelenjar itu
disebut kelenjar dubur. Cairan khusus yang dihasilkannya (disebut pheromone) mereka sapukan ke tanah dan hanya para anggota sarang saja yang dapat mengenali baunya. Jadi semut penganyam ini menggunakan pesan kimiawi untuk menuntut rekan satu sarang menuju daerah baru mereka.
Tentu saja jejak bau itu tidak hanya mereka tinggalkan ketika mencari daerah baru dan ketika mempertahankannya, tetapi juga digunakan saat mereka mencari makan. Jika seekor semut menemukan seonggok makanan, dia akan mengerahkan teman-temannya untuk mengangkuti makanan itu ke sarang. Kelenjar duburnya akan meninggalkan jejak bau di sepanjang jalan antara sarang dan lokasi temuan itu. Ketika berpapasan dengan temannya, semut ini memberi rangsangan dengan memukulkan antenanya seraya memuntahkan sedikit makanan yang ditemukan tadi ke mulut rekannya itu. sumber : http:// www.organicindonesia.org

cara sederhana membuat fungisida organik

CARA SEDERHANA
MEMBUAT FUNGISIDA
ORGANIK 9:54 PM MASPARY Setelah
sebelumnya Gerbang
Pertanian menulis
berbagai
macam
artikel tentang insektisida organik kini kami ingin sedikit membagikan tips kepada pembaca semua tentang bagaimana cara sederhana membuat fungisida organik. Saya katakan sederhana karena caranya memang simpel, cepat dan tidak ribet. Bagi pembaca yang belum tahu apa itu fungisida organik maspary akan menjelaskan istilah tersebut terlebih dahulu. Sehingga tidak terjadi salah pengertian dan salah aplikasinya. Fungisida berasal dari kata fungi dan sida, fungi berarti jamur sedangkan sida berarti racun. Sedangkan organik adalah semua bahan yang berasal dari mahluk hidup. Jadi bisa kita simpulkan arti dari fungisida organik adalah bagian dari mahluk hidup baik itu tanaman, hewan maupun manusia yang bisa berfungsi sebagai racun bagi jamur penyebab penyakit pada tanaman. Sehingga fungisida organik tersebut tidak bisa untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus, apalagi untuk mengatasi hama jelas nggak bisa. Oleh karena itu kita harus jeli dan paham dulu serta bisa menentukan penyebab penyakit pada suatu tanaman sebelum mengendalikannya. Fungsida organik yang akan Gerbang Pertanian jelaskan nanti lebih bersifat mencegah bukan mengobati, karena fungisida organik tersebut cenderung bersifat kontak cara kerjanya. Namun dari berbagai pengalaman petani fungisida organi tersebut lumayan ampuh untuk mengendalikan penyakit pada berbagai tanaman seperti padi, cabai, tomat, terong dan sayuran lainnya. Nggak usah panjang lebar langsung saja kita praktek membuatnya: Alat dan bahan fungisida organik: 1. Bender bumbu, atau lumpang atau alat penghalus lainnya 2. Saringan yang lembut 3. Kunir 1 bagian 4. Jahe 1 bagian 5. Laos 1 bagian Cara membuat fungisida organik: 1. Cara membuat fungisida organik ini sangatlah mudah yaitu tinggal diblender saja sampai halus dan keluar airnya. 2. Setelah halus silahkan peras dan ambil airnya 3. Kemudian saring dengan penyaring atau kain. Cara Aplikasi fungisida organik: 1. Ambil 2 - 3 sendok makan larutan tadi kemudian campurkan dengan air satu tangki sprayer (kurang lebih 14 liter). 2. Bila perlu tambahkan detergen atau sabun pencuci piring satu atau dua sendok 3. Semprotkan secara merata pada seluruh daun dan batang tanaman 4. Jangan lupa nyemprotnya pagi atau sore hari ya! Kalau lebih bagusnya sih sore hari saja tapi kalau tidak mendung. Sebenarnya perlu dikaji lebih jauh sejauh mana efikasi fungisida organik ini. Bisa digunakan untuk tanaman apa saja dan untuk penyakit apa saja. Tapi saya kira ini bukan tugasnya maspary, tapi tugasnya para dosen, mahasiswa atau peneliti lainnya. Karena telah diketahui bersama dari ketiga bahan diatas mengandung zat yang sangat berkasiat obat bagi manusia sejak lama. Sebenarnya Gerbang Pertanian masih ada artikel tentang cara membuat fungisida organik yang lain, namun akan kami postingkan lain waktu saja. Ini sudah terlalu panjang, saya takut pembaca semua jadi bosan. Dan akhirnya selamat mencoba tips dari Gerbang Pertanian tentang cara sederhana membuat fungisida organik. Semoga bisa bermanfaat dalam mendukung kesuksesan bertani para pembaca semua. (maspary)

CARA SEDERHANA MEMBUAT FUNGISIDA ORGANIK 9:54 PM MASPARY Setelah sebelumnya Gerbang Pertanian menulis berbagai macam artikel tentang insektisida organik kini kami ingin sedikit membagikan tips kepada pembaca semua tentang bagaimana cara sederhana membuat fungisida organik. Saya katakan sederhana karena caranya memang simpel, cepat dan tidak ribet. Bagi pembaca yang belum tahu apa itu fungisida organik maspary akan menjelaskan istilah tersebut terlebih dahulu. Sehingga tidak terjadi salah pengertian dan salah aplikasinya. Fungisida berasal dari kata fungi dan sida, fungi berarti jamur sedangkan sida berarti racun. Sedangkan organik adalah semua bahan yang berasal dari mahluk hidup. Jadi bisa kita simpulkan arti dari fungisida organik adalah bagian dari mahluk hidup baik itu tanaman, hewan maupun manusia yang bisa berfungsi sebagai racun bagi jamur penyebab penyakit pada tanaman. Sehingga fungisida organik tersebut tidak bisa untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus, apalagi untuk mengatasi hama jelas nggak bisa. Oleh karena itu kita harus jeli dan paham dulu serta bisa menentukan penyebab penyakit pada suatu tanaman sebelum mengendalikannya. Fungsida organik yang akan Gerbang Pertanian jelaskan nanti lebih bersifat mencegah bukan mengobati, karena fungisida organik tersebut cenderung bersifat kontak cara kerjanya. Namun dari berbagai pengalaman petani fungisida organi tersebut lumayan ampuh untuk mengendalikan penyakit pada berbagai tanaman seperti padi, cabai, tomat, terong dan sayuran lainnya. Nggak usah panjang lebar langsung saja kita praktek membuatnya: Alat dan bahan fungisida organik: 1. Bender bumbu, atau lumpang atau alat penghalus lainnya 2. Saringan yang lembut 3. Kunir 1 bagian 4. Jahe 1 bagian 5. Laos 1 bagian Cara membuat fungisida organik: 1. Cara membuat fungisida organik ini sangatlah mudah yaitu tinggal diblender saja sampai halus dan keluar airnya. 2. Setelah halus silahkan peras dan ambil airnya 3. Kemudian saring dengan penyaring atau kain. Cara Aplikasi fungisida organik: 1. Ambil 2 - 3 sendok makan larutan tadi kemudian campurkan dengan air satu tangki sprayer (kurang lebih 14 liter). 2. Bila perlu tambahkan detergen atau sabun pencuci piring satu atau dua sendok 3. Semprotkan secara merata pada seluruh daun dan batang tanaman 4. Jangan lupa nyemprotnya pagi atau sore hari ya! Kalau lebih bagusnya sih sore hari saja tapi kalau tidak mendung. Sebenarnya perlu dikaji lebih jauh sejauh mana efikasi fungisida organik ini. Bisa digunakan untuk tanaman apa saja dan untuk penyakit apa saja. Tapi saya kira ini bukan tugasnya maspary, tapi tugasnya para dosen, mahasiswa atau peneliti lainnya. Karena telah diketahui bersama dari ketiga bahan diatas mengandung zat yang sangat berkasiat obat bagi manusia sejak lama. Sebenarnya Gerbang Pertanian masih ada artikel tentang cara membuat fungisida organik yang lain, namun akan kami postingkan lain waktu saja. Ini sudah terlalu panjang, saya takut pembaca semua jadi bosan. Dan akhirnya selamat mencoba tips dari Gerbang Pertanian tentang cara sederhana membuat fungisida organik. Semoga bisa bermanfaat dalam mendukung kesuksesan bertani para pembaca semua. (maCARA SEDERHANA MEMBUAT FUNGISIDA ORGANIK 9:54 PM MASPARY Setelah sebelumnya Gerbang Pertanian menulis berbagai macam artikel tentang insektisida organik kini kami ingin sedikit membagikan tips kepada pembaca semua tentang bagaimana cara sederhana membuat fungisida organik. Saya katakan sederhana karena caranya memang simpel, cepat dan tidak ribet. Bagi pembaca yang belum tahu apa itu fungisida organik maspary akan menjelaskan istilah tersebut terlebih dahulu. Sehingga tidak terjadi salah pengertian dan salah aplikasinya. Fungisida berasal dari kata fungi dan sida, fungi berarti jamur sedangkan sida berarti racun. Sedangkan organik adalah semua bahan yang berasal dari mahluk hidup. Jadi bisa kita simpulkan arti dari fungisida organik adalah bagian dari mahluk hidup baik itu tanaman, hewan maupun manusia yang bisa berfungsi sebagai racun bagi jamur penyebab penyakit pada tanaman. Sehingga fungisida organik tersebut tidak bisa untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus, apalagi untuk mengatasi hama jelas nggak bisa. Oleh karena itu kita harus jeli dan paham dulu serta bisa menentukan penyebab penyakit pada suatu tanaman sebelum mengendalikannya. Fungsida organik yang akan Gerbang Pertanian jelaskan nanti lebih bersifat mencegah bukan mengobati, karena fungisida organik tersebut cenderung bersifat kontak cara kerjanya. Namun dari berbagai pengalaman petani fungisida organi tersebut lumayan ampuh untuk mengendalikan penyakit pada berbagai tanaman seperti padi, cabai, tomat, terong dan sayuran lainnya. Nggak usah panjang lebar langsung saja kita praktek membuatnya: Alat dan bahan fungisida organik: 1. Bender bumbu, atau lumpang atau alat penghalus lainnya 2. Saringan yang lembut 3. Kunir 1 bagian 4. Jahe 1 bagian 5. Laos 1 bagian Cara membuat fungisida organik: 1. Cara membuat fungisida organik ini sangatlah mudah yaitu tinggal diblender saja sampai halus dan keluar airnya. 2. Setelah halus silahkan peras dan ambil airnya 3. Kemudian saring dengan penyaring atau kain. Cara Aplikasi fungisida organik: 1. Ambil 2 - 3 sendok makan larutan tadi kemudian campurkan dengan air satu tangki sprayer (kurang lebih 14 liter). 2. Bila perlu tambahkan detergen atau sabun pencuci piring satu atau dua sendok 3. Semprotkan secara merata pada seluruh daun dan batang tanaman 4. Jangan lupa nyemprotnya pagi atau sore hari ya! Kalau lebih bagusnya sih sore hari saja tapi kalau tidak mendung. Sebenarnya perlu dikaji lebih jauh sejauh mana efikasi fungisida organik ini. Bisa digunakan untuk tanaman apa saja dan untuk penyakit apa saja. Tapi saya kira ini bukan tugasnya maspary, tapi tugasnya para dosen, mahasiswa atau peneliti lainnya. Karena telah diketahui bersama dari ketiga bahan diatas mengandung zat yang sangat berkasiat obat bagi manusia sejak lama. Sebenarnya Gerbang Pertanian masih ada artikel tentang cara membuat fungisida organik yang lain, namun akan kami postingkan lain waktu saja. Ini sudah terlalu panjang, saya takut pembaca semua jadi bosan. Dan akhirnya selamat mencoba tips dari Gerbang Pertanian tentang cara sederhana membuat fungisida organik. Semoga bisa bermanfaat dalam mendukung kesuksesan bertani para pembaca semua. (mas

Saturday, August 6, 2011

pertanian vertikultur

Berita » Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur
Info Aktual
(adm/14 Apr 2011)
Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture , maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor . Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konseppenghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenangkan.
Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.
Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikulturantara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanamansayuran daun lainnya.
Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihipendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitasBerita » Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur
Info Aktual
(adm/14 Apr 2011)
Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture , maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor . Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konseppenghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenangkan.
Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.
Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikulturantara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanamansayuran daun lainnya.
Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihipendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas